Tawadu, Taat, Qana’ah, dan Sabar sebagai perilaku terpuji kepada Allah
Ketika memperbincangkan konsep ketaatan, maka benak kita tentu akan lari menuju sebuah istilah yang lebih akrab dikenal secara religius di negeri kita, yaitu ‘takwa’. Takwa berarti sebuah ketaatan seorang hamba kepada Tuhan, yang diwujudkan dengan menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan segala hal yang dilarang-Nya. Muttaqīn adalah predikat impian setiap orang, karena memang pencapaiannya butuh kesungguhan yang luar biasa. Nah, pada artikel kali ini kita akan mengenal konsep ketaatan dalam Islam, berikut sikap islami yang lain yaitu tawadu’, taat, qana’ah, dan sabar.
A. Tawadu
1. Pengertian Tawadu
Tawadu’ atau rendah hati adalah sikap tunduk karena sadar bahwa semua manusia berasal dari unsur sama, yaitu tanah. Derajat seseorang hanya dinilai dari ketakwaannya kepada Sang Khalik. Dengan bertawadu’, seseorang akan terbebas dari sifat ujub (sombong) dan takabur. Kedua sifat tersebut merupakan kebalikan dari tawadu’. Beberapa ayat yang menerangkan keutamaan sifat tawadu’ antara lain Surah al-Furqan: 63 dan Surah an-Nahl: 22-23.
Artinya: Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “salam”. (QS. al-Furqān: 63)
2. Contoh-contoh Perilaku Tawadu
Ketawadu’an seseorang dapat diamati melalui sikap rendah hatinya. Sikap rendah hati sering kali diumpamakan seperti pohon padi. Semakin tinggi daunnya, padi justru semakin merunduk. Demikian halnya dengan orang yang rendah hati. Semakin tinggi derajat ilmu, kedudukan, dan kekayaannya, ia tetap akan tampil biasa saja di depan orang lain. Ia justru akan semakin terbuka dan rendah hati dalam menerima pandangan yang berbeda dari orang lain. Contoh lain, apabila seorang hartawan memiliki mental tawadu’, ia tentu takkan bersikap sombong. Sebaliknya, ia akan gemar menolong, dan lebih suka bergaul dengan orang-orang lemah yang hidup berkekurangan (mustad’afīn). Adapun bila seorang tawadu’ itu adalah pejabat, ia akan memangku jabatannya dengan sikap amanah. Ia juga selalu rendah hati dan bersikap terbuka dalam menerima kritik serta saran dari bawahannya.
3. Membiasakan Perilaku Tawadu
Cara yang mudah untuk menerapkan sikap tawadu’ adalah dengan menyadari dan merenungkan kembali asal-usul manusia. Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah dari tanah, dan kelak kembali menjadi tanah. Derajat setiap manusia dibedakan oleh amal baik dan keimanannya. Apabila kita selalu ingat akan hal ini maka kita akan mudah menerapkan sikap tawadu’ atau rendah hati.
B. Taat
1. Pengertian Taat
Secara bahasa, taat artinya ‘tunduk dan menerima secara tulus’. Ada- pun secara istilah, taat adalah mengikuti segala perintah dan menjauhi segala larangan. Sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, setiap hamba harus mendahulukan perintah-Nya atas semua keinginan yang lain. Dalam hal ini Allah berfirman:
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekusaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. an-Nisā : 59)
Ayat ini juga menegaskan bahwa dalam Islam, kita diperintahkan untuk menaati Allah, Rasul, dan ulil amri (para pemimpin). Rasul merupakan utusan Allah, penyampai kebenaran-Nya kepada umat manusia. Ajaran Rasul yang dapat kita ketahui melalui hadis-hadis sahih pasti takkan bertentangan dengan perintah Allah. Sebab, Rasul selalu dibimbing oleh Allah. Jadi, dapat dikatakan bahwa barangsiapa menaati Rasul berarti telah menaati Allah.
Ketaatan terhadap Rasul dapat diwujudkan dengan mengikuti segala petunjuknya. Hal ini sekaligus merupakan wujud keimanan kita kepada Rasul, yaitu membenarkan segala ajarannya dengan hati dan lisan, serta melaksanakannya dengan amal nyata. Perintah menaati Rasul sekali lagi ditegaskan dalam Firman-Nya.
Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat. (QS. an-Nūr: 56)
2. Contoh-contoh Perilaku Taat
Ketaatan seseorang dapat diamati melalui tindak-tanduknya dalam ke- hidupan sehari-hari. Orang yang taat kepada Allah takkan melakukan per- buatan-perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan-Nya. Ia akan selalu menjaga diri dari perbuatan dosa, seperti mencuri, memfitnah, aniaya, dan sebagainya. Orang yang taat kepada Rasul juga dapat dilihat dari ketekunan ibadahnya. Pecinta Rasul akan selalu mengamalkan sunah-sunahnya, seperti berpuasa sunah, menegakkan salat-salat sunah, meniru perilaku Rasul dalam bergaul seperti merendahkan suara ketika bertutur kata, gemar menebar salam, murah senyum, gemar menolong, dan sebagainya.
Adapun ketaatan seseorang terhadap pemimpin (ulil amri) dapat kita ketahui melalui kehidupan bernegaranya. Warga negara yang baik akan senantiasa menaati aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Ia akan tetap berhenti di traffic light yang menyala merah, meski di sana tidak ada polisi. Ia tetap akan membayar pajak, meski bisa saja hal itu dimanipulasinya. Ia akan dengan lapang dada mengakui kesalahan dan menerima hukuman.
3. Membiasakan Perilaku Taat
Untuk membiasakan diri bersikap taat, kamu harus berupaya menerap- kannya dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan. Biasakan perilaku taat beribadah, taat pada peraturan sekolah, taat pada peratusan masyarakat, dan sebagainya.
C. Qana’ah
1. Pengertian Qana’ah
Qana’ah berarti menerima dengan senang hati dan merasa cukup dengan apa yang sudah dimiliki. Qana’ah adalah suatu sikap rela menerima kenyataan hidup dan meyakininya sebagai rahmat dari Allah SWT. Sikap ini harus tetap diikuti dengan ikhtiar atau usaha keras. Qana’ah bukan berarti menerima hidup apa adanya, lalu menjadi malas berusaha dan bekerja keras. Jika mengaku muslim, maka seseorang harus selalu bersyukur atas keadaannya, yang diwujudkan dengan berusaha memperbaiki kekurangan yang ia alami. Semakin mendapat nikmat, seorang muslim akan semakin giat memperbaiki kinerjanya untuk memperoleh hasil terbaik.
Lantas, apa keuntungan dari mengamalkan sifat ini? Dengan sikap qana’ah, kita akan selalu merasa tenteram dan damai. Dengan sifat “merasa cukup” itu- lah kita akan senantiasa terhindar dari sifat iri dan serakah. Kita akan dijauhkan- Nya dari sikap zalim.
2. Contoh-contoh Perilaku Qana’ah
Perilaku qana’ah dapat kamu lihat dalam kehidupan sehari-hari. Orang- orang yang qana’ah terlihat tenang dan bersyukur dengan kondisi dirinya. Mungkin kamu pernah melihat teman atau tetanggamu yang jauh lebih miskin dari keluargamu, tetapi ia tampak bahagia dan penuh syukur. Ia menjalani hidupnya tanpa mengeluh, sambil terus berusaha mencapai kehidupan yang lebih baik. Orang-orang semacam itulah yang memiliki perilaku qana’ah.
3. Membiasakan Perilaku Qana’ah
Sikap qanaah dapat dilatih dengan membiasakan perilaku berikut ini.
a. Hentikan semua keluhan
Jika selama ini kamu pernah atau sering mengeluh, mulai saat ini hentikanlah kebiasaan tersebut. Keluhan atas suatu kondisi yang tidak menyenangkan tidak akan menyelesaikan masalah atau memperbaiki keadaan. Sebaliknya, keluhan hanya akan membuat suasana hati (mood) menjadi buruk dan membuat situasi menjadi semakin tidak menyenang- kan.
b. Bersyukur
Apapun yang terjadi atau menimpa diri setiap orang pasti terjadi atas izin Allah. Oleh karena itu, bersyukurlah atas setiap hal yang telah diberikan Allah. Bersyukur akan membuat suasana hati menjadi lebih baik dan lebih mudah untuk melakukan hal-hal positif.
c. Sudut pandang positif
Apabila Allah menjadikan sesuatu untuk kita, pasti hal tersebut ada maksudnya. Dan, kita tidak tahu persis akan hal itu, sebaliknya Allah mengetahui semua hal yang terjadi. Sebagai contoh, jika kamu dilahirkan di keluarga miskin, mungkin hal itu adalah yang terbaik saat ini, karena dengan kondisi tersebut Allah mendorongmu untuk bekerja keras dan selalu berempati terhadap fakir miskin. Kelak, mungkin hal inilah yang akan mengantarmu menjadi orang yang lebih baik.
d. Selalu mengadakan perbaikan
Berusahalah untuk selalu mengadakan perbaikan atas segala sesuatu yang kamu hadapi. Orang yang qana’ah selalu mengadakan perbaikan bukan karena tidak puas atau mengeluh atas kondisinya, tetapi karena Allah mengajarkan kepada setiap mukmin untuk selalu mengadakan perbaikan. Dengan membiasakan untuk selalu mengadakan perbaikan, maka kondisi yang tidak memuaskan akan terbiasa kamu hadapi dengan cara yang positif, tidak dengan mengeluh.
D. Sabar
1. Pengertian Sabar
Siapa pun tentu sepakat bahwa suatu penderitaan harus disikapi dengan kesabaran. Dalam Al-Qur’an, sabar dimaknai sebagai sifat kokoh pendirian, gigih dan ulet, dan tahan menderita tanpa keluh-kesah. Pada umumnya sabar berkaitan dengan cobaan yang sedang dialami seseorang. Allah berfirman:
Artinya: Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, “Innā lillāhi wainnā ilaihi rāji’ūn” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang- orang yang mendapat petunjuk. (QS. al-Baqarah: 155-157)
Ayat ini menegaskan bahwa cobaan yang Allah timpakan kepada manusia bertujuan untuk menguji kesabaran. Bagi hamba yang bersabar, Allah akan memberikan ampunan, rahmat, dan petunjuk. Dengan bersabar keimanan kita kepada Allah bertambah. Allah pun akan semakin mencintai kita.
2. Contoh-contoh Perilaku Sabar
Perilaku sabar akan tampak dengan jelas ketika seseorang mendapat kesulitan atau musibah. Sebagai contoh, saat terjadi musibah gempa bumi yang menghancurkan rumah dan seluruh isinya, Hanif tetap tenang dan sabar. Ia sadar bahwa bencana tersebut terjadi atas kehendak Allah SWT.
3. Membiasakan Perilaku Sabar
Kamu telah memahami pengertian sabar, berikut pula contoh-contohnya. Kini saatnya berlatih membiasakan diri berperilaku sabar. Agar upaya pembiasaan ini berjalan efektif, lakukanlah pemantauan diri dengan mencatat hal-hal penting berkaitan dengan perilaku sabar. Fungsinya, agar kamu dapat mengevaluasi perilaku-perilaku yang telah dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, yang berhubungan dengan sifat sabar.
A. Tawadu
1. Pengertian Tawadu
Tawadu’ atau rendah hati adalah sikap tunduk karena sadar bahwa semua manusia berasal dari unsur sama, yaitu tanah. Derajat seseorang hanya dinilai dari ketakwaannya kepada Sang Khalik. Dengan bertawadu’, seseorang akan terbebas dari sifat ujub (sombong) dan takabur. Kedua sifat tersebut merupakan kebalikan dari tawadu’. Beberapa ayat yang menerangkan keutamaan sifat tawadu’ antara lain Surah al-Furqan: 63 dan Surah an-Nahl: 22-23.
وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنٗا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ قَالُواْ سَلَٰمٗا
Artinya: Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “salam”. (QS. al-Furqān: 63)
2. Contoh-contoh Perilaku Tawadu
Ketawadu’an seseorang dapat diamati melalui sikap rendah hatinya. Sikap rendah hati sering kali diumpamakan seperti pohon padi. Semakin tinggi daunnya, padi justru semakin merunduk. Demikian halnya dengan orang yang rendah hati. Semakin tinggi derajat ilmu, kedudukan, dan kekayaannya, ia tetap akan tampil biasa saja di depan orang lain. Ia justru akan semakin terbuka dan rendah hati dalam menerima pandangan yang berbeda dari orang lain. Contoh lain, apabila seorang hartawan memiliki mental tawadu’, ia tentu takkan bersikap sombong. Sebaliknya, ia akan gemar menolong, dan lebih suka bergaul dengan orang-orang lemah yang hidup berkekurangan (mustad’afīn). Adapun bila seorang tawadu’ itu adalah pejabat, ia akan memangku jabatannya dengan sikap amanah. Ia juga selalu rendah hati dan bersikap terbuka dalam menerima kritik serta saran dari bawahannya.
3. Membiasakan Perilaku Tawadu
Cara yang mudah untuk menerapkan sikap tawadu’ adalah dengan menyadari dan merenungkan kembali asal-usul manusia. Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah dari tanah, dan kelak kembali menjadi tanah. Derajat setiap manusia dibedakan oleh amal baik dan keimanannya. Apabila kita selalu ingat akan hal ini maka kita akan mudah menerapkan sikap tawadu’ atau rendah hati.
B. Taat
1. Pengertian Taat
Secara bahasa, taat artinya ‘tunduk dan menerima secara tulus’. Ada- pun secara istilah, taat adalah mengikuti segala perintah dan menjauhi segala larangan. Sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, setiap hamba harus mendahulukan perintah-Nya atas semua keinginan yang lain. Dalam hal ini Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِي شَيۡءٖ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۚ ذَٰلِكَ خَيۡرٞ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلًا
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekusaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. an-Nisā : 59)
Ayat ini juga menegaskan bahwa dalam Islam, kita diperintahkan untuk menaati Allah, Rasul, dan ulil amri (para pemimpin). Rasul merupakan utusan Allah, penyampai kebenaran-Nya kepada umat manusia. Ajaran Rasul yang dapat kita ketahui melalui hadis-hadis sahih pasti takkan bertentangan dengan perintah Allah. Sebab, Rasul selalu dibimbing oleh Allah. Jadi, dapat dikatakan bahwa barangsiapa menaati Rasul berarti telah menaati Allah.
Ketaatan terhadap Rasul dapat diwujudkan dengan mengikuti segala petunjuknya. Hal ini sekaligus merupakan wujud keimanan kita kepada Rasul, yaitu membenarkan segala ajarannya dengan hati dan lisan, serta melaksanakannya dengan amal nyata. Perintah menaati Rasul sekali lagi ditegaskan dalam Firman-Nya.
وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat. (QS. an-Nūr: 56)
2. Contoh-contoh Perilaku Taat
Ketaatan seseorang dapat diamati melalui tindak-tanduknya dalam ke- hidupan sehari-hari. Orang yang taat kepada Allah takkan melakukan per- buatan-perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan-Nya. Ia akan selalu menjaga diri dari perbuatan dosa, seperti mencuri, memfitnah, aniaya, dan sebagainya. Orang yang taat kepada Rasul juga dapat dilihat dari ketekunan ibadahnya. Pecinta Rasul akan selalu mengamalkan sunah-sunahnya, seperti berpuasa sunah, menegakkan salat-salat sunah, meniru perilaku Rasul dalam bergaul seperti merendahkan suara ketika bertutur kata, gemar menebar salam, murah senyum, gemar menolong, dan sebagainya.
Adapun ketaatan seseorang terhadap pemimpin (ulil amri) dapat kita ketahui melalui kehidupan bernegaranya. Warga negara yang baik akan senantiasa menaati aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Ia akan tetap berhenti di traffic light yang menyala merah, meski di sana tidak ada polisi. Ia tetap akan membayar pajak, meski bisa saja hal itu dimanipulasinya. Ia akan dengan lapang dada mengakui kesalahan dan menerima hukuman.
3. Membiasakan Perilaku Taat
Untuk membiasakan diri bersikap taat, kamu harus berupaya menerap- kannya dalam kehidupan sehari-hari secara berkesinambungan. Biasakan perilaku taat beribadah, taat pada peraturan sekolah, taat pada peratusan masyarakat, dan sebagainya.
C. Qana’ah
1. Pengertian Qana’ah
Qana’ah berarti menerima dengan senang hati dan merasa cukup dengan apa yang sudah dimiliki. Qana’ah adalah suatu sikap rela menerima kenyataan hidup dan meyakininya sebagai rahmat dari Allah SWT. Sikap ini harus tetap diikuti dengan ikhtiar atau usaha keras. Qana’ah bukan berarti menerima hidup apa adanya, lalu menjadi malas berusaha dan bekerja keras. Jika mengaku muslim, maka seseorang harus selalu bersyukur atas keadaannya, yang diwujudkan dengan berusaha memperbaiki kekurangan yang ia alami. Semakin mendapat nikmat, seorang muslim akan semakin giat memperbaiki kinerjanya untuk memperoleh hasil terbaik.
Lantas, apa keuntungan dari mengamalkan sifat ini? Dengan sikap qana’ah, kita akan selalu merasa tenteram dan damai. Dengan sifat “merasa cukup” itu- lah kita akan senantiasa terhindar dari sifat iri dan serakah. Kita akan dijauhkan- Nya dari sikap zalim.
2. Contoh-contoh Perilaku Qana’ah
Perilaku qana’ah dapat kamu lihat dalam kehidupan sehari-hari. Orang- orang yang qana’ah terlihat tenang dan bersyukur dengan kondisi dirinya. Mungkin kamu pernah melihat teman atau tetanggamu yang jauh lebih miskin dari keluargamu, tetapi ia tampak bahagia dan penuh syukur. Ia menjalani hidupnya tanpa mengeluh, sambil terus berusaha mencapai kehidupan yang lebih baik. Orang-orang semacam itulah yang memiliki perilaku qana’ah.
3. Membiasakan Perilaku Qana’ah
Sikap qanaah dapat dilatih dengan membiasakan perilaku berikut ini.
a. Hentikan semua keluhan
Jika selama ini kamu pernah atau sering mengeluh, mulai saat ini hentikanlah kebiasaan tersebut. Keluhan atas suatu kondisi yang tidak menyenangkan tidak akan menyelesaikan masalah atau memperbaiki keadaan. Sebaliknya, keluhan hanya akan membuat suasana hati (mood) menjadi buruk dan membuat situasi menjadi semakin tidak menyenang- kan.
b. Bersyukur
Apapun yang terjadi atau menimpa diri setiap orang pasti terjadi atas izin Allah. Oleh karena itu, bersyukurlah atas setiap hal yang telah diberikan Allah. Bersyukur akan membuat suasana hati menjadi lebih baik dan lebih mudah untuk melakukan hal-hal positif.
c. Sudut pandang positif
Apabila Allah menjadikan sesuatu untuk kita, pasti hal tersebut ada maksudnya. Dan, kita tidak tahu persis akan hal itu, sebaliknya Allah mengetahui semua hal yang terjadi. Sebagai contoh, jika kamu dilahirkan di keluarga miskin, mungkin hal itu adalah yang terbaik saat ini, karena dengan kondisi tersebut Allah mendorongmu untuk bekerja keras dan selalu berempati terhadap fakir miskin. Kelak, mungkin hal inilah yang akan mengantarmu menjadi orang yang lebih baik.
d. Selalu mengadakan perbaikan
Berusahalah untuk selalu mengadakan perbaikan atas segala sesuatu yang kamu hadapi. Orang yang qana’ah selalu mengadakan perbaikan bukan karena tidak puas atau mengeluh atas kondisinya, tetapi karena Allah mengajarkan kepada setiap mukmin untuk selalu mengadakan perbaikan. Dengan membiasakan untuk selalu mengadakan perbaikan, maka kondisi yang tidak memuaskan akan terbiasa kamu hadapi dengan cara yang positif, tidak dengan mengeluh.
D. Sabar
1. Pengertian Sabar
Siapa pun tentu sepakat bahwa suatu penderitaan harus disikapi dengan kesabaran. Dalam Al-Qur’an, sabar dimaknai sebagai sifat kokoh pendirian, gigih dan ulet, dan tahan menderita tanpa keluh-kesah. Pada umumnya sabar berkaitan dengan cobaan yang sedang dialami seseorang. Allah berfirman:
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٥ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٰجِعُونَ ١٥٦ أُوْلَٰٓئِكَ عَلَيۡهِمۡ صَلَوَٰتٞ مِّن رَّبِّهِمۡ وَرَحۡمَةٞۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ ١٥٧
Artinya: Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, “Innā lillāhi wainnā ilaihi rāji’ūn” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang- orang yang mendapat petunjuk. (QS. al-Baqarah: 155-157)
Ayat ini menegaskan bahwa cobaan yang Allah timpakan kepada manusia bertujuan untuk menguji kesabaran. Bagi hamba yang bersabar, Allah akan memberikan ampunan, rahmat, dan petunjuk. Dengan bersabar keimanan kita kepada Allah bertambah. Allah pun akan semakin mencintai kita.
2. Contoh-contoh Perilaku Sabar
Perilaku sabar akan tampak dengan jelas ketika seseorang mendapat kesulitan atau musibah. Sebagai contoh, saat terjadi musibah gempa bumi yang menghancurkan rumah dan seluruh isinya, Hanif tetap tenang dan sabar. Ia sadar bahwa bencana tersebut terjadi atas kehendak Allah SWT.
3. Membiasakan Perilaku Sabar
Kamu telah memahami pengertian sabar, berikut pula contoh-contohnya. Kini saatnya berlatih membiasakan diri berperilaku sabar. Agar upaya pembiasaan ini berjalan efektif, lakukanlah pemantauan diri dengan mencatat hal-hal penting berkaitan dengan perilaku sabar. Fungsinya, agar kamu dapat mengevaluasi perilaku-perilaku yang telah dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, yang berhubungan dengan sifat sabar.
Komentar
Posting Komentar