Proses Terjadinya Kiamat Sugra dan Kiamat Kubra

Proses Terjadinya Kiamat Sugra dan Kiamat Kubra

Penyebutan hari kiamat tidak hanya berlaku untuk hari akhir atau peristiwa hancurnya alam semesta. Kejadian tertentu di alam ini yang menyebabkan kerusakan sehingga menimbulkan korban meninggal dunia dapat dikelompokkan sebagai hari kiamat.

1. Macam-Macam Kiamat


Peristiwa hari kiamat menurut para ulama terdiri atas dua macam, sebagai berikut.

a. Kiamat Sugra


Kiamat sugra (kecil) yaitu peristiwa kiamat dalam skala kecil yang terjadi hanya terbatas pada daerah-daerah tertentu, misalnya terjadinya bencana alam di bumi saat ini. Kiamat sugra hampir setiap hari terjadi. Meninggalnya seseorang, tanah longsor, banjir, gempa bumi, dan gunung meletus merupakan contoh kiamat s.ugra. Meninggalnya seseorang merupakan kiamat sugra bagi orang tersebut. Rasulullah saw. bersabda seperti berikut yang artinya.

Dari Anas, Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang mati telah datang kiamatnya”. (H.R.  Ibnu  Abid Dunya)

Selain kiamat berupa kematian seperti dijelaskan pada hadis di atas, kiamat sugra masih banyak jenisnya.

Dengan adanya kiamat sugra seharusnya menjadi peringatan bagi kita agar selalu siap dalam menghadapi datangnya kiamat. Kematian yang tidak kita ketahui waktu datangnya  seharusnya membuat kita selalu siap menghadapinya. Kita tidak boleh lengah atau melakukan perbuatan dosa karena kita tidak pernah mengetahui waktu maut menjemput.

b. Kiamat  Kubra


Kiamat kubra (besar) artinya kiamat besar yang ditandai dengan hancurnya alam dan seluruh isinya. Kiamat kubra- ini yang sering disebut sebagai hari akhir. Saat itu semua makhluk akan hancur binasa. Hanya Allah Swt., Sang Khaliq yang kekal abadi selama-lamanya. Kiamat kubra sampai saat ini belum kita temui, sementara kiamat sugra sering kita temui dalam kehidupan saat ini.

2. Peristiwa Sesudah Hari Akhir


Setiap ada awal tentu ada akhir. Demikian pula kehidupan di dunia ini karena ada permulaan kehidupan, tentu ada pula akhirnya. Tidak ada yang abadi, kecuali Allah swt, Zat yang Maha Kekal. Kehidupan di dunia ini hanya sementara dan tidak kekal. Kehidupan yang sementara ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kehidupan di akhirat.

Tidak semua manusia dapat memanfaatkan kehidupan di dunia dengan sebaik-baiknya. Ada manusia yang justru terlena dengan kehidupan di dunia. Mereka tidak menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya sementara sehingga mereka bermalas-malasan. Ada manusia yang justru menjadikan dunia ini sebagai tujuan. Mereka tidak menyadari bahwa ada kehidupan setelah kehidupan di dunia.

Manusia yang dapat memanfaatkan kehidupan di dunia untuk taat kepada Allah dan rasul-Nya kelak akan memperoleh kehidupan bahagia di akhirat. Bagi mereka yang terlena dengan kehidupan dunia hanya kerugian dan penyesalan yang didapatnya. Mereka akan menyesal karena tidak mempergunakan kesempatan hidup di dunia dengan sebaik- baiknya.

Di akhirat kelak manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya selama hidup di dunia. Setelah semua makhluk hancur, Allah Swt. memerintahkan kepada Malaikat Israfil untuk meniup terompet (nafiri). Setelah nafiri ditiup oleh Malaikat Israfil secara bersamaan nyawa yang telah tertidur bertahun-tahun silam akan bangun. Saat itu merupakan peristiwa pertama yang terjadi dan disebut Yaumul Ba‘s, yaitu hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur. Peristiwa ini terjadi setelah penantian di alam kubur yang disebut Yaumul Barzah.

Pada saat dibangkitkan, keadaan manusia bermacam-macam. Keadaan tiap-tiap manusia mencerminkan amal perbuatannya selama hidup di dunia. Allah swt. berfirman dalam Al-Qur’an Surah az-Zalzalah ayat 6.

 يَوۡمَئِذٖ يَصۡدُرُ ٱلنَّاسُ أَشۡتَاتٗا لِّيُرَوۡاْ أَعۡمَٰلَهُمۡ 

Artinya: Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka (Q.S. az-Zalzalah: 6)

Pada saat dibangkitkan ada segolongan manusia yang tampil dengan wajah berseri. Pada saat yang sama ada manusia yang dibangkitkan dengan wajah muram. Bukan hanya wajah yang berbeda, kondisi fisik setiap manusia juga berbeda.

Setelah dibangkitkan dari kubur selanjutnya manusia berbondong- bondong menuju suatu tempat untuk menanti pengadilan Allah swt.

Peristiwa ini disebut Yaumul Mah.sya-r, yaitu hari dikumpulkannya manusia di padang mahsyar setelah dibangkitkan dari kubur untuk  menunggu pengadilan Allah Swt. Pada saat itu, manusia hanya menunggu nasibnya sendiri-sendiri.

Mereka tidak ingat sanak saudara. Seorang suami lupa dengan nasib anak dan istrinya. Begitu juga seorang istri tidak sempat lagi memikirkan nasib suami dan anak-anaknya. Mereka sibuk memikirkan nasibnya sendiri-sendiri. Pada hari itu manusia tidak dapat saling menolong. Perhatikan firman Allah Swt. berikut ini.

  وَيَوۡمَ نَحۡشُرُهُمۡ جَمِيعٗا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشۡرَكُوٓاْ أَيۡنَ شُرَكَآؤُكُمُ ٱلَّذِينَ كُنتُمۡ تَزۡعُمُونَ

Artinya: Dan (ingatlah), hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik: "Di manakah sembahan-sembahan kamu yang dulu kamu katakan (sekutu-sekutu) Kami?" (Q.S. al-An'am: 22)

Di padang mahsyar manusia menunggu pengadilan A llah, pengadilan yang tidak akan salah dalam memberi keputusan. Selanjutnya, tiba Yaumul  Hisab, yaitu hari  perhitungan amal  perbuatan manusia yang telah mereka kerjakan selama hidup di dunia. Pada hari itu catatan amal manusia ditunjukkan. Catatan yang sangat terperinci dan teliti.

Mungkin kalian bertanya-tanya, bagaimana catatan amal itu dibuat? Ingat, selama hidup di dunia manusia didampingi oleh dua orang malaikat. Kedua malaikat Allah tersebut bertugas mencatat segala tingkah laku manusia. Seorang malaikat bertugas mencatat amal baik dan yang lain bertugas mencatat amal buruk. Catatan kedua malaikat tersebut yang akan ditunjukkan di akhirat kelak.

Catatan yang dibuat oleh malaikat sangat teliti dan terperinci. Tidak ada satu pun perbuatan manusia yang lolos dari catatan malaikat. Semua perbuatan yang dilakukan manusia ada dalam catatan malaikat. Oleh karena itu, berhati-hatilah ketika akan berbuat sesuatu.

Buku catatan malaikat itu yang akan menjadi bukti amal perbuatan manusia. Ketika dihisab yang berbicara bukan mulut kita melainkan anggota tubuh kita. Saksinya adalah anggota tubuh yang lain, para nabi, dan orang-orang yang bersama kita sewaktu melakukan perbuatan tersebut. Saksi utama pada hari itu adalah Allah Swt. dan dir-i kita sendiri. Peristiwa  yang  terjadi  selanjutnya  adalah  Yaumul  Mizan.

Yaumul Mizan  yaitu  hari  penimbangan amal  manusia  untuk  mengetahui  amal yang lebih berat, amal baik atau amal buruk. Pada hari penimbangan amal tidak ada satu pun amal manusia yang terlewat. Sekecil apa pun amal manusia, Allah Swt. pasti memberikan balasan. Jika amal baik yang dilakukan, baik pula balasan yang diterima. Jika amal buruk yang dilakukan, buruk pula balasan yang diterima. Allah Swt. berfirman.

فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ ٧  وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗا يَرَهُۥ ٨ 

Artinya: 7) Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. 8) Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula (Q.S. az-Zalzalah: 7-8)

Pada hari penimbangan seluruh amal manusia ditimbang. Jika amal baik yang lebih berat, surga dan seluruh kenikmatan di dalamnya telah menanti. Jika amal buruk lebih berat, neraka dengan siksa di dalamnya telah menunggu. Allah Swt. berfirman seperti berikut.

وَٱلۡوَزۡنُ يَوۡمَئِذٍ ٱلۡحَقُّۚ فَمَن ثَقُلَتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٨ وَمَنۡ خَفَّتۡ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓاْ أَنفُسَهُم بِمَا كَانُواْ بِ‍َٔايَٰتِنَا يَظۡلِمُونَ ٩

Artinya: 8) Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung 9) Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami (Q.S.  al- A‘ra-f: 8-9)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ayat-ayat Al-Quran tentang Berpakaian dan Kewajiban Menutup Aurat

Menuntut Ilmu dan Hikmahnya dalam Islam

Meneladani Rasulullah dalam Etos Kerja (Bekerja Keras, Ulet, Tekun, dan Teliti)