Puasa dalam Kajian Islam dan Kajian Kesehatan

Puasa dalam Kajian Islam dan Kesehatan

Puasa merupakan salah satu ibadah yang dilaksanakan dalam waktu tertentu. Puasa dibagi menjadi dua yaitu puasa sunnah dan puasa wajib. Puasa secara sederhana adalah menahan lapar, haus, dan hawa nafsu, dari mulai terbitnya fajar sampai terbenam matahari. Bagaimana puasa dalam kajian islam dan kajian kesehata? Berikut jawabannya.

Puasa dalam Kajian Islam


Pada umumnya munculnya berbagai macam penyakit yang menimpa banyak manusia, lebih-lebih di zaman modern sekarang ini, lebih banyak disebabkan oleh keresahan, kegelisahan, ketegangan jiwa, stres berat, dan juga akibat pola makan yang tidak baik dan tidak benar. Apalagi makan dan minum yang berlebih-lebihan. Keresahan, kegelisahan, ketegangan jiwa, stres berat akan menyebabkan saraf menjadi tegang dan meningkatnya kekalutan, kemudian mempengaruhi saraf-saraf lambung, seringkali menyebabkan sulitnya pencernaan, luka lambung (maag), denyut jantung tidak normal, sukar tidur, dan pusing-pusing.

Secara bahasa puasa berarti menahan diri dari segala sesuatu. Pengertian lain menjelaskan bahwa puasa adalah menahan diri dari segala yang membatalkan, satu hari lamanya dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat. Dalam Islam puasa yang dilakukan pada bulan Ramadhan maupun puasa sunah di luar Ramadhan membuat kita bisa menjadi lebih takwa dan lebih sabar. Bila yang halal saja dapat kita tahan dengan puasa, apalagi yang haram. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, dari Abu Hurairah ra, katanya Rasullullah bersabda:

Allah ’Azza wa Jalla berfirman: “Setiap amal anak Adam teruntuk baginya kecuali puasa, puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku akan memberinya pahala. Puasa itu perisai . Apa bila kamu puasa janganlah kamu rusak puasamu itu dengan sanggama dan jangan menghina orang. Apabila kamu yang dihina atau dipukul orang, maka katakanlah: “Aku puasa”. Demi Allah yang jiwa Muhammad berada ditangan-Nya, sesungguhnya bau mulut orang puasa lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat kelak dari pada bau kesturi. Dan bagi orang puasa ada dua kegembiraan. Apabila dia berbuka dia gembira dengan bukaannya dan apabila dia menemui Tuhannya (meninggal) dia gembira dengan puasanya. (Muslim: hadis 1117).

Starvasi (kelaparan) dalam berbagai bentuk dapat mengganggu kesehatan tubuh. Namun sebaliknya, dalam puasa Ramadhan terjadi keseimbangan anabolisme dan katabolisme yang berakibat asam amino dan berbagai zat lainnya membantu peremajaan sel dan komponennya memproduksi glukosa darah dan mensuplai asam amino dalam darah sepanjang hari. Cadangan protein yang cukup dalam hati karena asupan nutrisi saat berbuka dan sahur akan tetap dapat menciptakan kondisi tubuh untuk terus memproduksi protein esensial lainnya seperti albumin, globulin dan fibrinogen. Hal ini tidak terjadi pada starvasi jangka panjang, karena terjadi penumpukan lemak dalam jumlah besar, sehingga beresiko terjadi sirosis hati. Sedangkan saat puasa di bulan Ramadhan, fungsi hati masih aktif dan baik.

Hikmah puasa dari satu sudut kehidupan adalah merupakan jalan menuju hikmah, mendekati kebenaran mutlak. Permasalahan ini dianggap penting karena puasa diharapkan menjadi media ritual sekaligus universal bagi pembinaan hamba dalam melaksanakan ibadah puasa termasuk dalam bulan Ramadhan.

Masyarakat di Indonesia umumnya dalam menghadapi bulan puasa melakukan bermacam usaha untuk rnenghindari kekurangan gizi Karena frekuensi makan yang berkurang. Hal ini timbul karena rasa khawatir dan banyaknya tawaran iklan yang menjanjikan kekuatan disaat makanan yang masuk berkurang, yaitu dengan mengkonsumsi tambahan berupa vitamin dan mineral, sehingga tampak ada kekhawatiran dan ketakutan akan kekurangan makanan pada saat melaksanakan puasa sebulan penuh. Kebiasaan mengonsumsi sumber karbohidrat sederhana yang lebih banyak dimasa-masa bulan Ramadhan sering terjadi; seperti lebih banyak menyediakan kolak, kue-kue, sirup dan buah, yang semuanya mengandung gula.

Disamping sumber karbohidrat, dalam lingkungan keluarga yang tingkat ekonominya sudah baik biasanya penyediaan dan masukan protein hewani untuk anggota keluarga menjadi lebih banyak dibandingkan dengan saat-saat di luar bulan Ramadhan. Semua kondisi tersebut menimbulkan pertanyaan, bagaimanakah keadaan sebenarnya masukan energi orang yang berpuasa Ramadhan jika mengingat memang kegiatan pada bulan Ramadhan pun agak berbeda daripada hari-hari biasanya. Rasullah mengatakan:

“Orang yang memasuki pagi hari dengan kesehatan yang baik, aman di tempat kediamannya dan memiliki makanan hariannya, maka seolah-olah seluruh kehidupan dunia ini telah dianugerahkan kepadanya”. (HR At-Turmudzi).

Dalam kajian tentang nilai-nilai rohaniah puasa merupakan bentuk tes keimanan bagi kaum Muslim dan menguji kapasitas ihtisab atau keikhlasan, puasa juga dapat mensucikan badan dan mempersempit jalan setan. Oleh Karena itu puasa tidak hanya sekedar meninggalkan makan, minum dan maksiat, tetapi mempunyai tujuan mulia dan suci. Kemampuan pengendalian diri dalam berpuasa akan memberikan ketenangan hidup, dimana ketenangan hidup ini akan memberikan mental yang sehat.

Adapun aspek-aspek pengendalian diri yang terkandung dalam ibadah puasa antara lain adalah: Puasa untuk meredam amarah atau kesehatan emosional. Puasa melatih kesabaran. Puasa meningkatkan kecerdasan emosional. Puasa untuk membentuk kematangan diri (konsistensi dan kejujuran)

Puasa dalam Kajian Kesehatan


Kesehatan merupakan salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi kebugaran dan penampilan tubuh, serta harta yang paling berharga yang tidak pernah bisa ditukar dengan apapun. Oleh karena itu, setiap orang tentu mendambakan hidup sehat bahagia dan ingin selalu tampak sehat, bugar, penampilan yang bagus dan awet muda, tidak lekas keriput karena menua. Hal tersebut dapat dirasakan apabila kita pernah sakit. Menurut definisi yang dirumuskan oleh WHO, kesehatan adalah a state of complete physical, mental and social well being and not merely the absence of disease or infirmity, yaitu keadaan sejahtera fisik, mental, sosial tanpa ada keluhan sama sekali (cacat atau sakit). Dalam UU RI Nomor 23 tahun 1992 kesehatan juga dinyatakan mengandung dimensi mental dan sosial: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Pada dasarnya manusia terdiri dari dua subsistem yaitu psikis (jiwa atau mental) dan fisik (soma atau badan). Kedua subsistem yang menyatu pada manusia ini tidak dapat dipisahkan satu dan yang lainnya. Jika salah satu mengalami gangguan maka akan berpengaruh pada bagian yang lain.

Perlindungan itu tentunya tidak dapat diperoleh secara sempurna kecuali bagi mereka yang mengindahkan pentunjuk-petunjuk-Nya. Maka kata ‘afiat dapat diartikan pula sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaanya. Jika sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat maupun membaca tanpa bantuan kacamata. Tetapi, mata yang ‘afiat adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang, karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata. Pengertian lain, kesehatan adalah keadaan seimbang yang dinamis, dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pola hidup sehari-hari seperti makan, minum, saks, kerja, istirahat, hingga pengelolaan kehidupan emosional. Status kesehatan tersebut menjadi rusak bila keadaan keseimbangan terganggu, tetapi kebanyakan kerusakan pada periode-periode awal bukanlah kerusakan yang serius jika orang mau menyadarinya.

Guru besar umat manusia, rasul agung Muhammad SAW telah berpesan kepada umatnya dengan kalimat yang ringkas, “Shuumuu Tashihhuu” yang artinya berpuasalah kamu, niscaya kamu akan sehat. Pernyataan beliau empat belas abad yang lalu kini semakin terbukti kebenarannya berkat adanya berbagai penelitian dan penemuan para dokter. Di berbagai tempat sekarang baik di dalam maupun di luar negeri banyak dokter dan pakar kesehatan yang menegaskan akan banyaknya manfaat puasa bagi kesehatan manusia.

Pengertian sehat sebagai hikmah dari ibadah puasa yang dinyatakan oleh Rasulullah SAW bukan sekedar mengandung pengertian sehat secara fisik/jasmani, tetapi juga mengandung pengertian sehat secara psikis/rohani. Dalam mengomentari hadis ini al-Manawi yang dikutip M. Sabil, mengemukakan bahwa puasa merupakan makanan untuk hati seperti ia makan (makanan) untuk tubuh. Padanya bergantung kesehatan fisik dan akal. Dengan kewajiban ini, ia akan menghargai orang miskin.

Berpuasa pada bulan Ramadhan bagi kaum Muslimin, secara hakikat, bukan hanya menahan dahaga dan lapar mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, tetapi lebih dari itu adalah suatu latihan psikis, mental dan tentu saja fisik biologi. Secara psikis orang yang menjalankan puasa akan semakin memiliki jiwa dan perilaku sehat dan tentunya menjauhkan pikiran dan perbuatan dari hal-hal yang bisa mencederai hakikat berpuasa, sehingga ke depan bisa menjadi orang yang berakhlak mulia. Puasa merupakan salah satu amalan batin yang tidak perlu diketahui oleh orang lain. Saat melaksanakan puasa, seseorang harus mampu menahan keinginan-keinginannya, seperti keinginan untuk makan, minum, marah, keinginan berhubungan badan, dan sebagainya. Orang yang melaksanakan ibadah puasa berarti melatih dirinya untuk membimbing atau mengendalikan hawa nafsu dan menahan diri dari dorongan-dorongan naluri yang bersifat negatif, atau dalam istilah psikologi disebut self-control.

Hasil penelitian Wahjoetomo dan Najib menyimpulkan bahwa ibadah puasa bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan fisik atau jasmani. Pada saat seseorang melaksanakan ibadah puasa, maka terjadi pengurangan jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuhnya sehingga kerja beberapa organ tubuh seperti hati, ginjal, dan lambung terkurangi. Puasa memberikan kesempatan pada metabolisme (pencernaan) untuk beristirahat beberapa jam sehingga efektivitas fungsionalnya akan selalu normal dan semakin terjamin. Disamping memberikan kesempatan pada metabolisme (pencernaan) untuk beristirahat beberapa jam, puasa juga memberikan kesempatan pada otot jantung untuk memperbaiki vitalitas dan kekuatan sel-selnya.

Secara biologi, selama melaksanakan puasa tubuh mengalami proses metabolisme atau makanan didaur ulang dalam sistem pencernaan sekitar delapan jam, dengan perincian empat jam, makanan disiapkan dengan keasaman tertentu dengan bantuan asam lambung, untuk selanjutnya dikirim ke usus, empat jam kemudian makanan diubah wujudnya menjadi sari-sari makanan.

Sari-sari makanan di usus kecil kemudian diabsorsi oleh pembuluh darah yang dikirim ke seluruh tubuh. Waktu sisa 6 jam merupakan waktu yang ideal bagi sistem percernaan untuk istirahat.

Puasa Ramadhan menjadi hal yang penting dipahami manfaatnya. Apalagi jika dilakukan secara ikhlas dan disertai kepercayaan dan pengetahuan yang memadai tentang manfaat pelaksanaan puasa bagi kesehatan tubuh, khususnya dalam metabolisme dan sistem endokrim. Dengan menjalankan puasa, berarti suatu aktivitas fisik dan biologis, usaha untuk mengatur dan memperbaiki metabolisme tubuh. Hal ini dapat dimengerti, Karena pelaksanaan puasa mengajarkan dan melatih tubuh secara disiplin untuk makan dan minum secara tidak berlebihaan dan mengatur kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi.

Dengan demikian, maka puasa akan memberi manfaat kesehatan bagi orang yang menjalankannya. Bepuasa akan melatih seseorang untuk hidup teratur dan disiplin serta mencegah kelebihan makan. Menurut penelitian, puasa akan menyehatkan tubuh, sebab makanan berkaitan erat dengan proses metabolisme tubuh. Saat berpuasa, karena ada fase istirahat setelah fase pencernaan normal, yang diperkirakan 6 sampai 8 jam, maka pada fase tersebut terjadi degradasi dari lemak dan glukosa darah.

Pada umumnya munculnya berbagai macam penyakit yang menimpa banyak manusia, lebih-lebih di zaman modern sekarang ini, lebih banyak disebabkan oleh keresahan, kegelisahan, ketegangan jiwa, stres berat, dan juga akibat pola makan yang tidak baik dan tidak benar. Apalagi makan dan minum yang berlebih-lebihan. Sedang keresahan, kegelisahan, ketegangan jiwa, stress berat akan menyebabkan saraf menjadi tegang dan meningkatnya kekalutan, kemudian mempengaruhi saraf-saraf lambung, dan seringkali menyebabkan sulitnya pencernaan, luka lambung (maag), denyut jantung tidak normal, sukar tidur, dan pusing-pusing.

Demikian pula dengan peningkatan High Density Lipoprotein (HDL) and apoprotein alfa 1, dan penurunan Low Density Lipoprotein (LDL), hal ini sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah. Sebab, HDL berefek baik bagi kardiovaskuler, sedangkan LDL berefek negatif bagi kesehatan pembuluh darah.

Penelitian endokrinologi menunjukkan bahwa pola makan saat puasa yang bersifat roratif menjadi beban dalam akumulasi makanan di dalam tubuh. Keadaan ini mengakibatkan pengeluaran hormon sistem pencernaan, seperti amylase, pangkrease, dan insulin dalam jumlah besar, sehingga akan meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan tubuh. Dengan demikian, puasa bermanfaat menurunkan kadar gula darah, kolesterol, dan mengendalikan tekanan darah. Itulah sebabnya, puasa sangat dianjurkan bagi perawatan mereka yang menderita penyakit diabetes, kolesterol tinggi, kegemukaan, dan hipertensi. Dengan demikian, setelah bulan Ramadhan, mereka yang berpuasa akan menjadi orang-orang yang secara biologis, psikologis, fungsional menjadi orang yang baru. Yaitu, manusia yang senantiasa berpikiran lebih baik, yang digambarkan oleh perubahan struktur atau networking (synapses) otak yang baru: yang senantiasa berpikiran positif, optimistis, tawadhu’ serta berserah diri kepada Tuhan.

Demikian pula akan bermanfaat meningkatkan daya ingat, mengurangi kematian sel-sel saraf, bahkan dalam tingkatan tertentu yang mempermudah regenerasi sel-sel saraf yang baru. Demikian pula karena terjadi penurunan zatzat lemak seperti kolesterol, trigleserida, LDL, dan terjadi peningkat HDL menyebabkan suasana kesehatan otak akan terhindar dari berbagai penyakit degeneratif, seperti stroke dan hipertention brain.

Penelitian lain yang dilakukan Sri Astutik Zulianti mengungkapkan bahwa puasa memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesehatan fisik dan psikis. Manfaat puasa bagi kesehatan fisik adalah: Mencegah penyakit jantung. Penambahan sel darah putih. Menghindari penyakit kanker. Menghindari penyakit diabetes. Mengurangi kecnduan merkok.

Sedangkan manfaat bagi kesehatan psikis antara lain; Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Memupuk kepedulian sosial. Meredam marah. Meningkatkan kecerdasan.

Menurut ilmu kedokteran terbukti bahwa, makan dan minum yang berlebih-lebihan bisa membahayakan lambung, menghancurkan hati, memberatkan kerja jantung, menyebabkan mengerasnya pembuluh darah, sesak dada, naiknya tekanan darah, dan kencing manis. Karenanya, sampai ada dokter yang mengatakan banyak orang yang menggali kuburnya dengan gigi-giginya sendiri. Sehubungan dengan hal ini Allah SWT sudah mengingatkan,

“Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan”. (QS al-A’raf: 31).

Rasulullah SAW juga bersabda yang artinya, “Perut itu gudangnya penyakit”. Agaknya tidak ada cara pencegahan dan pengobatan atas penyakit-penyakit tersebut kecuali dengan tidak makan dan minum yang berlebih-lebihan, yakni dengan membatasi nafsu makan (diet), dan yang lebih baik tentunya adalah dengan puasa.

Aterosklerosis diramalkan pada tahun 2020 merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di masyarakat yang sedang berkembang oleh Karena adanya perubahan pola hidup yang tidak sehat.17 Aterosklerosis dapat menyebabkan iskemia, infark jantung, stroke, hipertensi renovaskular dan penyakit oklusi tungkai bawah, tergantung pembuluh darah yang terkena. Lesi ateroma yang mengenai arteri renalis dapat menyebabkan hipertensi renovaskular sekitar 60-70 % yang biasanya terjadi 2 cm proksimal arteri renalis termasuk aorta, tetapi dapat juga mengenai arteri renalis bagian distal dan cabang-cabangnya.

Sedangkan Alvenia M. Fulton, pakar nutrisi yang juga direktris salah satu lembaga makanan sehat di Amerika, melalui berbagai penelitiannya menyimpulkan dalam satu kalimat, “Fasting is the ladies best beautifier, it brings grace, charm and poise, it normalizes female function and reshapes the body contour.” Puasa adalah cara terbaik bagi wanita untuk memperindah dan mempercantik tubuhnya, alasannya karena puasa menghasilkan kelembutan, keluwesan dan pesona, juga menormalkan fungsi-fungsi kewanitaan, serta membentuk kembali lekuk-lekuk tubuh.19 Menarik untuk diperhatikan juga bahwa, ilmu kedokteran mutakhir menetapkan terutama bagi mereka yang telah berusia lanjut, wajib berpuasa sehari setiap minggu, atau seminggu setiap bulan, dan yang paling baik adalah sebulan setiap tahun. Hal ini sesuai dengan ajaran Islam tentang syariat puasa satu bulan penuh di saat bulan Ramadhan yang telah diperintahkan sejak abad ke dua hijriyah.

Beberapa hasil penelitian tersebut menunjukkan betapa besar hikmah dan manfaat puasa bagi kesehatan manusia, baik secara preventif maupun kuratif terhadap beberapa jenis penyakit. Firman Allah SWT yang artinya, “Dan bila kamu berpuasa, niscaya itu lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahuinya”. (QS al-Baqarah: 184).

Jelaslah bahwa kesehatan fisik dan kesehatan mental saling berhubungan. Artinya, jika satu terganggu akan membawa pengaruh pada bagian yang lainnya. Hubungan antara keduanya sangat kompleks meskipun tidak dapat dinyatakan bahwa satu aspek menentukan yang lainnya. Untuk menemukan keseimbangan antara jiwa dan raga atau ingin sehat lahir dan batin maka seseorang itu harus memiliki empat pilar kesehatan yaitu:  Sehat secara jasmani/ fisik (biologi). Sehat secara kejiwaan (psikiatrik/ psikologik). Sehat secara sosial. Sehat secara spiritual (kerohanian/ agama).

Terkait dengan manfaat kesehatan mental dari religiusitas, Abernethy mengusulkan ada beberapa mekanisme keagamaan untuk mempengaruhi kesehatan, antara lain: Mengatur pola hidup individu dengan kebiasaan hidup sehat. Memperbaiki persepsi ke arah positif. Memiliki cara penyelesaian masalah yang spesifik. Mengembangkan emosi positif. Mendorong pada kondisi yang lebih sehat.

Nikmat dari Allah sangat berlimpah tidak terkira: "Maka jika kamu mau menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya” (QS an-Nahl: 18).

Dan diantara nikmat yang sangat berharga dan tidak ternilai itu adalah nikmat kesehatan. Berapa harga mata, indera pendengaran, ginjal, jantung atau hati? Maukah kamu menukar mata dengan kekayaan dunia beserta isinya? Harold J. Morovitz pernah iseng-iseng menaksir harga fisik tubuh manusia beserta kelengkapan organ-organnya. Menurutnya bila seseorang berbobot 60 kg maka nilai tubuhnya berkisar US$ 6 juta atau 60 milyar rupiah (jika kurs US$ 1 = Rp 10.000).

Begitu mahalnya manusia sehingga al-Quran menegaskan bahwa harga satu orang manusia sama dengan seluruh kehidupan umat manusia (QS al-Maidah: 32). Demikian besarnya nikmat kesehatan ini, sehingga dalam sebuah Hadis, Nabi SAW menggandengkan dua nikmat yang sangat besar bagi manusia yaitu nikmat iman dan kesehatan:

“Sesungguhnya manusia tidak diberi yang lebih baik di dunia daripada keyakinan dan kesehatan, maka mohonlah keduanya kepada Allah SWT”. (HR Ahmad).

Dalam Hadis tersebut Rasullah SAW merangkaikan persyaratan mendasar untuk memperoleh kesejahteraan dunia dan kesejahteraan bagi kehidupan akhirat.

Penutup


Puasa dapat mencegah penyakit yang timbul karena pola makan yang berlebihan. Makanan yang berlebihan gizi belum tentu baik untuk kesehatan, karena over nutrisi dapat mengakibatkan kegemukan yang dapat menimbulkan penyakit degeneratif, seperti: kolesterol dan trigliserida tinggi, dan jantung koroner. Menurut penelitian, puasa dapat menyehatkan tubuh, sebab makanan berkaitan erat dengan proses metabolisme tubuh. Saat berpuasa, karena ada fase istirahat setelah fase pencernaan normal, yang diperkirakan sekitar 6 sampai 8 jam, maka pada fase tersebut terjadi degradasi dari lemak dan glukosa darah.

Sumber: Lelya Hilda, Puasa dalam Kajian Islam dan Kesehatan, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Sumatera Utara. 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menuntut Ilmu dan Hikmahnya dalam Islam

Ayat-ayat Al-Quran tentang Berpakaian dan Kewajiban Menutup Aurat

Meneladani Rasulullah dalam Etos Kerja (Bekerja Keras, Ulet, Tekun, dan Teliti)